Ada apa dengan PPBA ?
Ada apa dengan PPBA ?
Seiring bertambahnya usia seorang
tentu probabilitas kedewasaan akan menguat. Tetapi, tidak dengan moral dan
mentalnya. Di mana justru terjadi ketimpangan antara moral dengan pertumbuhan
usia. Dilihat dari kacamata lapisan mahasiswa saat ini Kegiatan Belajar
Mengajar (KBM) PKPBA di kelas tidak berjalan efektif. Yang mana seharusnya
dosen menyampaikan materi Bahasa Arab dan ilmunya kepada mahasiswa. Namun,
mahasiswa tidaklah selalu mendengarkan materi-materi dari dosen dengan seksama.
Seperti kelas yang tidak kondusif, karena mahasiswa menggunakan handpone saat
jam pelajaran berlangsung.
Sebenarnya apa latar belakang
sehingga jam pembelajaran PKPBA kurang efektif? Dan perilaku mahasiswa yang
dianggap lumrah ketika bermain handpone tanpa adanya sanksi tegas. Alasan
beberapa mahasiswa adalah PKPBA seringkali membosankan. Bermain handpone
sebagai bentuk negasi pada jam pelajaran berlangsung. Seringkali dilakukan
secara terang-terangan, misalnya, mahasiswa yang duduk di barisan paling depan
di muka dosen acuh dengan penjelasan materi dosen dan lebih memilih handpone
untuk mengatasi rasa bosannya. Semakin miris mahasiswa saat ini.
Selain itu, mereka lebih
mendengarkan audio di handpone melalui headset pada saat jem pelajaran
berlangsung. Tentu hal tersebut mengesankan bahwa kurang mampu mengondisikan
pemakaian handpone dan kurang menghargai dosen yang sedang menyampaikan materi.
Dr. Umar As Syafani Hafidzullah berkata, “jika seorang murid berakhlak buruk
kepada gurunya maka akan menimbulkan dampak buruk pula. Hilangnya berkah dari
ilmu yang didapat, tidak dapat mengamalkan ilmunya atau tidak dapat menyebarkan
ilmunya. Itu semua contoh dari dampak buruk.” Rasululluah SAW juga telah
berpesan pada para pengajar, “tidak termasuk golongan Kami orang yang tidak
menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda serta yang tidak
mengerti hak ulama.” (HR. Ahmad dan dishahihkan H. Albani dalam shahih Al Jami)
Efektifitas
PKPBA
PKPBA
adalah Program Khusus Pengembangan Bahasa Arab yang wajib diikuti oleh
mahasiswa semester 1 dan 2 pada tahun awal perkuliahan dimulai. PKPBA dilakukan
rutin selama lima kali dalam seminggu dan telah tersistemasi terkait jam serta
durasi sehingga sinkron dengan kegiatan mahasiswa baru.
Berkaca dari ketimpangan yang
terjadi, sebenarnya pemakaian handpone yang tidak kondusif di jam pelajaran
PKPBA berlangsung juga dipengaruhi faktor internal mahasiswa itu sendiri.
Maksudnya, ada konten yang lebih menarik dan penting yang akan mereka peroleh
melalui handponennya. Contohnya, mengunduh informasi-informasi terkait
kompetisi atau perlombaan. Bisa saja kompetisi yang bersinergi dengan kuliah
reguler atau dekat dengan minat dan bakatnya. Namun, mahasiswa yang
disebut-sebut sebagai Agent of Change hendaknya tetap mengetahui kapan
dan di mana pemakaian handpone dilakukan. Minimal memakainya di jam istirahat
PKPBA karena PKPBA sendiri sudah menyediakan jadwal jam istirahat dua kali.
Penyimpangan seperti ini sebenarnya
juga tidak mutlak hanya disebabkan satu pihak saja. Maksudnya, dalam proses
mencari ilmu tentu ada dua komponen krusial yakni mahasiswa dan dosen. Dalam
konteks ini, seringkali distraction[1]
yang menjadikan bosan ialah dari metode pengajarannya. Mahasiswa seringkali
bertindak secara ekspresif, contohnya bersandar dengan tangannya, bersandar
pada kursi, dan membentangkan kaki ialah gambaran perasaan bosan, letih dan
membutuhkan mood booster[2]. Mood
booster seperti apa yang perlu dilakukan untuk menghilangkan perilaku buruk
tersebut?
Pendekatan untuk
Mengatasi Masalah
Mahasiswa
memerlukan selingan dalam proses belajar mengajar. Dan selingan tersebut
hendaknya berkarakter kasual atau rileks tidak memerlukan logika rumit untuk
memecahkannya. Terkadang, mahasiswa juga memerluka selingan berupa game.
Game yang bertujuan meluaskan pengetahuan Bahasa Arab. Seperti menyebutkan
atau menghafal mufrodat yang diajukan oleh dosen dan mahasiswa harus
mampu menjawab persoalan tersebut. Apalagi jika dibumbui adanya punishment atau
hukuman jika mereka tidak mampu merampungkan soal. Hal seperti ini akan membentuk
kelas yang kondusif, mahasiswa akan lebih bersemangat untuk menyelesaikan
tantangan dengan mendengarkan seksama jalannya game tersebut agar tidak
kalah. Mungkin, hal seperti ini bisa diterapkan sekedar selingan yang rutin.
Selanjutnya, terkait metode
pengajaran yang monoton ada beberapa konsep yang perlu dievaluasi. Dari
kacamata mahasiswa sendiri, seringkali penyampaian materi kurang menghidupkan
suasana kelas berimbas pada mahasiswa yang tidur di kelas. Dalam konteks ini,
dosen tak perlu ‘membangunkan’ secara fisik satu persatu pada mahasiswa
tersebut. Lantas apa yang diperlukan?
Diskusi dan debat Bahasa Arab ialah
salah satu metode untuk mencapainya. Diskusi seperti apa? Ada banyak metode
diskusi yang diterapkan sebenarnya, bisa saja dalam satu kelas dibentuk
perhimpunan atau kelompok belajar. Masing-masing kelompok mengkaji sebuah
materi tertentu yang berlainan dari kelompok lain. Selanjutnya mereka
menjelaskan di muka kelas secara jelas. Dan diwajibkan bertanya jawab
menggunakan bahasa Arab antara audiens dan pemateri. Metode debat atau forum
saling mengadu pandangan dimaksudkan guna mencari kebenaran suatu permasalahan.
Apabila proses pembelajaran masih monoton dan tidak menerapkan kedua metode
tersebut proses belajar mengajar akan terasa membosankan.
Terakhir, konteks kali ini
sebenarnya lebih bersifat analisis kebijakan. Ya, kebijakan kampus dalam
menetapkan durasi jam PKPBA. Di samping materi yang berta terutama dan
khususnya kelas PKPBA-A. Lebih-lebih lagi dilakukan pada jam siang yakni jam dua.
Karena pada jam itu adalah jam orang-orang beristirahat dan menyegarkan otak.
Cukup dua jam sehari atau bisa saja hanya sore dan malam waktu PKPBA. Dalam
konteks ini sebenarnya tertuju untuk kelas PKPBA-A karena materi mahasiswa
kelas A sangat berat dan dikaji selama lima jam. Tentu sangat melelahkan.
Efektifnya, jam PKPBA dimulai sore untuk semua tingkatan kompeten kelas.
Pada dasarnya, selain itu semua
mahasiswa juga harus bersungguh hati dalam belajar secara terus menerus. Allah
sendiri berfirman, “Dan orang-orang yang mencari keridhaan Kami, niscaya
Kami tunjukan mereka kepada jalan-jalan Kami.”(Q.S. Al-Ankabut 29:62). Termasuk
arti mengagungkan suatu ilmu, yakni melalui upaya berupa menghormati dosen atau
pendidik. Syaidina Ali RA berkata, “Sayalah menjadi hamba sahaya orang yang
telah mengajarkanku satu huruf. Terserah padanya, saya mau dijual, dimerdekakan
ataupun tetap menjadi hambanya.”
Nama WISUDAYANTI
PRA 18
Comments
Post a Comment